Sungguh sangat berat melihat para calon anggota wakil rakyat kita gagal dalam perlombaan menjadi wakil kita nanti disana.
tapi kita sebagai rakyat sangat marah bila melihat tingkah laku para dewan yang sangat tega melakukan perbuatan yang membuat kehidupan kita para rakyat kecil makin berat dan susah.
Tapi coba kita lihat para anggota dewan yang tak jadi, semua menganggap bahwa kehiupan kita seakan kehidupan mereka sudah habis, ya hidup mereka seperti hasil penghitungan PLANO kertas suara.
mari kita pikirkan bersama apakah sistem demokrasi yang negara kita pakai apa benar dapat membuat rakyat di negara kita ini makin sejahtera apa makain jauh dari kata sejahtera.
Kita nggak boleh menyampingkan bahwa para calon anggota dewan pun adalah rakyat indonesia, jadi apa yang salah dengan semua ini ?
Secara teori sistem demokrasi itu sangat baik dan sangat benar jika kita meihat dari sisi keadilan tapi cba didalam prakteknya sistem itu jauh dari kata sejahtera, hanyadengan uang Rp. 20.000 suara kita sudah dapat di beli oleh para mereka, Salahkah kita dalam jalannya sistem demokrasi tersebut. ?
Ini mungkin menurut pendapat saya sendiri, jika kita sebagai rakyat jelas, tegas menolak Kotak putih yang diberkan para anggota dewan mungkin akan berbeda ceritanya takan separah dan serumit ini.
yang anehnya lagi para calegnya aja nggak ribut tapi arogansi dan ambisi para tim sukses juga ikut andil dalam ributnya sistem demokrasi yang negara kita pakai sekarang.
Para panitia pelaksana pemilu pun ikut andil dalam masalah jalannya sistem demokrasi kita ini, coba kita lihat masalah - masalah yang sering terjadi dalam pemilu, pasti ada saja angoota KPU kita yang dibayar dengan janji akan memenangkan salah satu caleg, apakah itu bukan masalah ? Jelas itu masalah. Dia adalah kelompok - kelompok orang yang kita percaya untuk menjadi panitia dalam jalannya pemilu di negara kita.
kenapa mereka seperti itu, apakah ada yang salah dalam sistem perekrutan para anggota KPU.
dari hal dasar saja sistem tersebut sudah bermasalah, semuanya bermasalah semuanya tak ada yang bisa menjalanan semuanya sesuai dengan aturan yang mereka buat sendiri.
Semua takan bisa berubah hal ini akan berlangsung terus menerus karena ini seperti sebuah kebudayaan di sistem demokrasi negara kita, ini bukanlah sebuah pesta demokrasi tapi ajang judi, arogansi dan adu gengsi para rakyat indonesia yang ingin menjadi pemimpin tanpa punya kemapuan ataupun pengalamn menjadi seorang pemimpin.
Bila kita cermati para calon anggota dewan tersebut hanya menyumbang 25 % dari semua masalah yang terjadi dalam sistem demokrasi di negara kita, mengapa demikian.?
mereka hanya memikirkan strategi bagaimana agar jadi wakil kita di kantor yang menghabiskan cukup sangat banyak uang kita. 25 % lagi disumbangkan oleh KPU yang jadi Panitia dalam pemungutan suara, mereka sering membuat aturan - aturan yang nantinya mereka langgar sendiri sisanya lagi ada pada kita sebagai rakyat, mengapa begitu ?
jelas - Jelas kita lah yang bakal menentukan siapa yang akan jadi wakil kita nanti tapi dengan uang Rp. 20.000 saja hak kita sudah dapat dipilih.
Tapi apakah kita pantas disalahkan atas terjadinya permsalahan yang ada pada sistem demokrasi kita?
kita renungkan sendiri tapi kita ingat kita tak kenal mereka, mereka hanya berbicara bahwa mereka dapat membuat kita sejahtera, kita tak kenal mereka apa lagi sifat mereka, kita hanya melihat foto - foto mereka di pinggir jalan dengan janjinya tanpa melihat sosok aslinnya.
Terima Kasih
Masalah Demokrasi Pemilu 2014
2:21 AM |
0 komentar:
Post a Comment